Sidebar ADS

MEMPELAJARI ILMU NASAB DAN MENJELASKAN JIKA BAALAWI BUKAN TURUNAN NABI SAW ITU WAJIB‼️

MEMPELAJARI ILMU NASAB DAN MENJELASKAN JIKA BAALAWI BUKAN TURUNAN NABI SAW ITU WAJIB

Setelah kita perhatikan, ternyata mereka yang menjaga ilmu nasab ada tiga kelompok di Nusantara. Pertama, keturunan Arab dari berbagai macam klan. Kedua, keluarga para Kiai pesantren walaupun secara sembunyi. Ketiga, orang umum yang sering diajak orang tuanya ziarah ke makam leluhur.

Beginilah kondisi umat Islam di negeri kita. Rata-rata tidak peduli dengan upaya menjaga nasab, padahal menjaga nasab adalah salah satu ajaran Islam yang penting. Rasulullah SAW bersabda,

اعْرِفُوا أَنْسَابَكُمْ تَصِلُوا أَرْحَامَكُمْ (السنن الكبرى للبيهقي وفي ذيله الجوهر النقي (10/ 157)

“Kenalilah nasab kalian, dengan demikian kalian bisa menyambung tali silaturrahim” (H.R. Al-Baihaqi)

Paling tidak ada tiga urgensi mengenali nasab diri. Pertama, untuk melaksanakan hukum waris Islam. Kedua, untuk menghindari pernikahan yang haram karena menikahi mahram. Ketiga, untuk melaksanakan perintah silaturrahim. Mereka yang mengabaikan nasab, hampir bisa dipastikan juga tidak terlalu sensitif dengan tiga kewajiban di atas dan cenderung mengabaikannya.

Orang Arab terkenal sangat menjaga nasabnya. Tidak heran jika untuk nasab Rasulullah SAW ada yang mengurutkan dan menyambungkan nasabnya sampai ke Nabi Adam, meskipun nasab yang sahih dan disepakati hanya sampai generasi ke 21 saja, yakni sampai Adnan saja.

Beberapa shahabat juga terkenal sebagai pakar dan menguasai ilmu nasab. Di antara mereka adalah Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Al Khotthob, Aisyah, Ibnu Abbas, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Jubair bin Muth’im, Hassan bin Tsabit, Hakim bin Hizam, Huwaithib bin Abdul Uzza, Makhromah bin Naufal Az-Zuhri, Daghfal bin Hanzholah, dan lain-lain.

Kebijakan Umar yang mendaftar nama tentara berdasarkan kabilahnya dalam sistem Diwan semakin menyuburkan dan menguatkan ilmu nasab di kalangan Arab. Hanya saja, ilmu nasab saat itu masih belum tertulis dan terdokumentasi dengan baik apalagi terkodifikasi rapi. Saat itu ilmu nasab masih ditularkan dan diturunkan dari mulut ke mulut.

Pelopor yang mula-mula berusaha menulis dan mendokumentasikan ilmu ini adalah Ibnu As-Sa-ib Al-Kalbi (w. 204 H). Beliau mengarang lima kitab dalam bidang ini yaitu “Al-Manzil”, “Jamharotu An-Nasab”, “Al-Wajiz”, “Al-Farid” dan “Al-Muluki”. Setelah itu muncul ahli nasab yang lain yakni putranya yang bernama Ibnu Hisyam (w. 213 H) pengarang As-Siroh An-Nabawiyyah yang terkenal itu dengan kitabnya; “Ansabu Himyar wa Mulukiha”, lalu muncul Ibnu Sa’ad (w. 231 H) dengan kitabnya; “Ath-Thobaqot Al-Kubro”, Abu Ja’far An-Nahwi (w. 245 H) dengan kitabnya; “Ansabu Asy’-Syu’aro’”, Zubair bin Bakkar (w. 256 H) dengan kitabnya; “Ansab Quraisy”, Al-Baladzuri (w. 279 H) dengan kitabnya; “Ansabu Al-Asyrof”, Al-Hamadani (w. 334 H) dengan kitabnya; “Al-Iklil”, Ibnu Hazm (w. 456 H), dengan kitabnya; “Jamharotu Ansabi Al-‘Arob”, As-Sam’ani (w. 562 H) dengan karyanya; “Al-Ansab”, An-Najjar (w. 643 H) dengan karyanya; “Ansab Al-Muhadditsin”, dan lain-lain.

Hanya saja, jika dibuat statistik, orang yang ahli dalam ilmu nasab memang tidak banyak. Apalagi di zaman sekarang. Dalam hitungan Bakr Abu Zaid, pada abad pertama hijriyyah jumlah pakar ilmu nasab hanyalah 47 orang. Setelah itu, pada abad kedua naik menjadi 58 orang. Setelah itu pada abad-abad berikutnya berturut-turut jumlah pakar ilmu nasab adalah sebagai berikut;

Abad ketiga; 82 orang
Abad keempat; 88 orang
Abad kelima; 101 orang
Abad keenam; 48 orang
Abad ketujuh; 46 orang
Abad kedelapan; 35 orang
Abad kesembilan; 31 orang
Abad kesepuluh; 17 orang
Abad kesebelas; 24 orang
Abad keduabelas; 21 orang
Abad ketiga belas; 32 orang
Abad keempat belas; 46 orang
Abad kelima belas; 2 orang

Dari data di atas, tampaklah bahwa abad yang paling parah adalah abad kita sekarang ini. Dalam pendapat Bakr Abu Zaid, ulama zaman sekarang yang bisa disebut ahli nasab hanya dua orang yaitu Muhammad Al-Mukhtar Asy-Syanqithi dan Abdurrahman bin Abdul Lathif Alu Asy-Syaikh.

Namun demikian telah muncul di tahun 2023 masehi ulama Nusantara yang menggemparkan jagad pernasaban bertaraf Internasional yaitu KH Imaduddin Utsman Al Bantani yang meneliti secara kaidah ilmu nasab dan berkesimpulan bahwa Klan Ba'alwi bukanlah dzuriyah Nabi Muhammad SAW.

Jadi, Andakah yang akan menjadi pakar nasab berikutnya untuk menunaikan fardhu kifayah ini..??

web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple

إرسال تعليق

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

أحدث أقدم
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS