Sidebar ADS

DONGENG MITOS BUKAN AJARAN ISLAM SEPERTI YANG DI SAMPAIKAN HABIB YAHUDI BAALAWI

Mukibin klan ba'alwi: Makhluk Unik Penjaga Mitos

Ada satu spesies unik dalam ekosistem akal sehat yang layak diawetkan di museum logika—mereka adalah Mukibin, kaum fanatik yang memuja klan Ba’alwi dengan tingkat ketundukan yang membuat sapi perah terlihat lebih punya kehendak bebas. Ketika dunia bergerak maju dengan data ilmiah, hasil riset genetik, dan bukti sejarah yang sahih, para mukibin justru memilih jalur spiritual: marah-marah, mengumpat, dan mengeluarkan dalil paling sakral mereka—“Pokoknya iya!”

Begitu hasil DNA menyatakan bahwa klan Ba’alwi membawa haplogroup G, bukan J1 yang dikenal sebagai ciri khas dzurriyah Nabi Muhammad SAW—apa respons mukibin? Apakah mereka menelaah ulang, berdiskusi ilmiah, atau membuka literatur? Tidak. Mereka memilih senjata utama mereka: makian, fitnah, dan tuduhan “kamu bukan ahli nasab!” Seolah-olah gelar “ahli nasab” bisa diperoleh dari pesantren khayalan yang kurikulumnya berisi dongeng 1001 malam.

Ketika ditunjukkan kesesatan ajaran-ajaran yang mereka ikuti buta-buta: kultus individu, pengultusan kuburan, pengakuan kewalian mutlak tanpa sanad syar’i, serta jual beli syafaat dengan maulid dan selawat berbayar—mereka justru menganggap ini “warisan leluhur yang penuh hikmah.” Hikmah apa? Hikmah pemiskinan logika?

Sejatinya, para mukibin ini bukan tak punya argumen. Mereka hanya menolak menggunakan otaknya. Seperti punya otak tapi memilih menyimpannya dalam lemari pendingin. Totalitas mereka dalam kebodohan sungguh nyaris sempurna. Bahkan Google pun akan menyerah mencari akal sehat dalam ucapan mereka. Ketika dijelaskan pakai dalil, mereka akan menjawab, “Tapi habib saya bilang…”—dan seketika semua ilmu langit dan bumi dikalahkan oleh “kata habib.”

Mereka menyembah “syuhroh wal istifadhoh,” versi mereka yang jelas keliru. Mereka lebih percaya pada dongeng silsilah buatan daripada metode ilmiah genetik. Maka pantaslah mereka disebut mukibin: Mujahid Kebenaran Imajiner Ba’alawi Nasional.

Kalau kebodohan itu seni, maka mukibin adalah maestro.
Kalau taqlid buta itu olahraga, maka mereka adalah atlet Olimpiade.

Dan ketika mereka diajak berpikir, satu-satunya istinbath mereka hanyalah: “Kamu pasti iri karena bukan dzurriyah.”
Padahal... justru karena kita mencintai Rasulullah SAW-lah kita tak ingin nasab beliau diseret ke ranah dusta dan fabrikasi.

~~بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب~~ web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple

إرسال تعليق

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

أحدث أقدم
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS