Sidebar ADS

MENJAWAB LOGIKANYA MUHAMMAD ISMAEL AL KHOLILIE‼️

MENJAWAB LOGIKANYA MUHAMMAD ISMAEL AL KHOLILIE 

Dalam Narasinya Muhammad Ismael Al kholili menulis Soal Logika Sederhana tertera di link dibawah ini :👇🏽
https://www.facebook.com/share/p/1C5pN6Sjxh/

Berikut tanggapan dan Bantahan Atas Narasi Sederhana Tersebut :
1. False Analogy (Analogi Tidak Sejajar)
Membandingkan klaim nasab Ba’alawi yang berasal dari abad ke-4 Hijriah (lebih dari 1.100 tahun yang lalu) dengan klaim terhadap nasab Syaikhona Kholil (abad ke-19 M, sekitar 150 tahun yang lalu) adalah tidak sebanding secara historis maupun metodologis.

Klaim terhadap Syaikhona Kholil masih dalam jangkauan sejarah tertulis yang terverifikasi.

Klaim Ba’alawi tidak memiliki bukti sejarah kontemporer (primary sources) terkait keberadaan sosok Ubaidillah bin Ahmad bin Isa.

Jarak waktu, dokumentasi, dan kondisi sosial-politik sangat berbeda, sehingga membandingkannya adalah cacat logika (false analogy).

2. Argumentum ex Silentio (Berargumentasi dari Diamnya Pihak Lain)
Pernyataan: "Kalau Ubaidillah itu fiktif, tentu yang pertama protes adalah keturunan jalur lain Ahmad bin Isa” mengandung kesalahan logika dari argumen diam (silence fallacy).

Diamnya satu pihak tidak otomatis menjadi pembenaran bahwa suatu klaim itu benar.

Mungkin mereka tidak tahu, tidak punya akses pada informasi sejarah yang akurat, atau tidak tertarik mengungkapkan bantahan secara publik.

Justru munculnya kritik dari pihak luar membuktikan ada upaya koreksi dari sudut pandang objektif dan independen.

3. Ad Hominem dan Reduksi Kritik
Pernyataan: “Yang protes dan ribut malah Kiai dari Kresek Banten” adalah upaya mengecilkan nilai kritik dengan merendahkan siapa yang menyuarakannya, bukan membantah substansinya.

Ini adalah bentuk ad hominem fallacy—menyerang orang yang berbicara, bukan argumen yang disampaikan.

Jika kritik tersebut berdasarkan data sejarah, bukti tertulis, atau analisis ilmiah (termasuk DNA), maka asal-usul geografis atau status sosial si pengkritik tidak relevan.

4. Mengabaikan Fakta-Fakta Nyata
Klaim bahwa "keturunan dari jalur lain adem ayem" tidak didukung dengan fakta konkret. Faktanya:

Tidak ada dokumen atau tulisan dari keturunan jalur lain Ahmad bin Isa yang mengakui adanya anak bernama Ubaidillah.

Naqib An-Nasb Kesultanan Utsmaniyah secara resmi menolak nasab Ba’alawi karena tidak ada bukti Ahmad bin Isa hijrah ke Hadramaut, apalagi memiliki anak bernama Ubaidillah di sana.

Penelusuran akademis dan tes DNA terbaru menunjukkan bahwa Ba’alawi tidak memiliki marker genetik keturunan Nabi Muhammad (Y-DNA haplogroup J), melainkan G, yang menunjukkan leluhur mereka bukan Arab.

5. Premis Lemah: Mengandalkan Emosi dan Sentimen Lokal
Logika ini mencoba membangkitkan simpati dengan pendekatan emosional: “kalau bukan keluarga sendiri, ngapain protes?” — Ini adalah falasi emosional.

Dalam ilmu sejarah dan nasab, siapa saja yang punya kompetensi dan niat mencari kebenaran berhak mengoreksi klaim-klaim publik.

Justru otoritas ilmiah dan independenlah yang dibutuhkan, bukan pembelaan internal yang berpotensi bias.

Maka, logika semacam itu tidak bisa dijadikan dasar yang sah untuk mempertahankan klaim nasab Ba’alawi. Kebenaran sejarah tidak ditentukan oleh "siapa yang ribut" atau "siapa yang diam", tetapi oleh bukti.

web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS