Sidebar ADS

H.HABIB BUJA ASLI WARGA ACEH YANG DI BAALAWIKAN‼️

H.Habib Buja Asli Orang Aceh yang di Ba.alwikan.

Haji Habib Bugak Bukan Sayed atau Habib Keturunan Rasulullah SAW Seri Webinar Asyraf Aceh Ke-IX Filolog Aceh Hermansyah: Haji Habib Bugak Bukan Sayed atau Habib Keturunan Rasulullah SAW. 

 Filolog Aceh Hermansyah M.TH, M.Hum menyebut, seperti tertulis dalam dokumen resmi wakaf tanggal 18 Rabiul Akhir 1224 H (1809 M). Nama asli pewakaf Baitul Asyi adalah Haji Habib bin Buja’ Al-Asyi Al-Jawi. “Haji, Al-Asyi dan Al-Jawi adalah gelarnya. 

Sementara nama aslinya sendiri adalah Habib bin Buja’,” begitu kata Hermansyah dalam webinar ‘Peran dan Kontribusi Wakaf Orang Aceh di Mekkah' yang dilaksanakan Asyraf Aceh, Selasa, 27 Desember 2022 di Banda Aceh.  Melalui siaran pers ini yang dikirim ke redaksi media ini, Jumat. 

Hermansyah juga menyebut, dari nama tersebut dapat disimpulkan bahwa, Haji Habib bin Buja’ Al-Asyi Al-Jawi bukanlah seorang Sayed/Habib dari golongan asyraf (keturunan Rasulullah SAW), melainkan hanya seorang ahwal bernama Habib yang ayahnya bernama Buja’. “Bin Buja’ pada nama beliau menunjukkan nama ayahnya. Bukan merujuk ke Bugak sebagai sebuah wilayah di Aceh. Hanya nama Al-Asyi yang merujuk kepada asal beliau, yaitu Aceh. Kata Al-Hajj di awal nama, dalam bahasa Arab menunjukkan isim makrifah (kata haji yang diawali alif dan lam).

 Bahwa setelah kata itu menunjukkan langsung nama definitif orangnya,” ungkap peneliti naskah-naskah kuno tersebut. Dikatakan, dalam mazhab Syafii sebagai mazhab yang dianut Haji Habib bin Buja’, mewajibkan pewakaf mencantumkan nama asli. Karena itulah, nama Habib Bin Buja’ adalah nama nyata dari pewakaf tersebut. Hermansyah juga menyimpulkan, Haji Habib Bin Buja’ Al-Asyi dan Sayid Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi adalah dua tokoh yang berbeda. Dia berharap ada penelitian yang lebih komprehensif tentang dua sosok yang berjasa besar untuk Aceh ini. 

Sedangkan pembicara lainnya, Dr. Mizaj Iskandar LC LL.M menjelaskan, sebelumnya sudah ada penelusuran terkait Habib bin Buja’, yang menyimpulkan bahwa, sang pewakaf merupakan Sayid Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi yang kuburan saat ini berada di Pante Sidom, Kabupaten Bireuen.  Penelitian itu antara lain dilakukan Dr. Hilmy Bakar dan kawan-kawan. “Apa yang dilakukan Dr. Hilmy sangat luar biasa. Tetapi, dalam penelitian selalu ada kebaruan. Ini merupakan hal yang biasa saja dalam sebuah riset. Mungkin nanti juga ada temuan terbaru lagi,” jelas Ketua Yayasan Wakaf Baitul Asyi ini.  Pernyataan itu disampaikan Mizaj sekaligus menjawab pertanyaan Hilmy Bakar yang diajukan saat sesi tanya jawab dalam webinar tersebut.  Seperti diketahui, Arab Saudi kala itu di bawah kendali Turki yang bermazhab Hanafi. 

Maka, segala urusan terkait mahkamah kenegaraan harus dalam hukum Hanafi.  Tapi itu bukan berarti Habib bin Buja’ ingin mengorbankan mazhabnya yang Syafi’i. Karena terbukti, wakaf itu diperuntukkan untuk orang-orang yang bermazhab Syafi’i.  “Artinya, nama dalam wakaf itu memang nama beliau asli sesuai tuntutan mazhab Syafi’i,” kata Herman.    Sedangkan Dr. Nazaruddin MA yang juga Rektor IAI Al-Muslim Peusangan mengatakan, boleh jadi  pewakif ingin menyembunyikan identitas asli, biar tidak  ria.  Nazaruddin masih meyakini bahwa Haji Habib bin Buja’ Al-Asyi dan Sayid Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi adalah tokoh yang sama.  Begitupun, Nazaruddin mengaku dirinya bukanlah ahli sejarah. 

Penting bagi pemerintah dan pihak terkait lainnya untuk menelusuri lebih dalam lagi kebenarannya,” katanya. Webinar tersebut diselenggarakan Yayasan Asyraf Aceh Darussalam yang dimediatori Masykur S. Hum, yang juga Direktur Pedir Museum. Webinar ini disiarkan secara langsung di facebook dan instagram.  Ketua Asyraf Aceh Darussalam Sayed Murthada Al-Aydrus menyebut, ini merupakan seminar ke IX yang dilakukan lembaga ini dalam beberapa tahun terakhir.  

Menurut Murthada, Asyraf Aceh akan memperbanyak diskusi-diskusi ilmiah tentang berbagai topik yang menyangkut sejarah Aceh, khususnya berkaitan dengan keluarga para habaib dan peranannya di Serambi Bumi Mekkah ini.Paket liburan keluarga Lantas, apa hasil seminar secara keseluruhan? Berikut rangkumannya. Pertama, sebagaimana tertulis dalam dokumen resmi wakaf tertanggal 18 Rabiul Akhir 1224 H (1809 M). Nama asli pewakaf Baitul Asyi adalah "Haji Habib bin Buja' Al-Asyi Al-Jawi". Namanya muncul dua kali dalam surat wakaf tersebut. Al-Hajj, Al-Asyi dan Al-Jawi adalah gelarnya (seorang bergelar haji berasal dari Aceh/Melayu). 

Sementara nama aslinya sendiri adalah Habib bin Buja' (artinya: Habib anak dari seseorang yang bernama Buja'). Kedua, dari namanya terindikasi bahwa beliau bukan seorang sayed/habib dari golongan asyraf (keturunan Rasulullah SAW). Melainkan hanya seorang ahwal bernama Habib yang ayahnya (bin) bernama Buja'.  Ketiga, Bin Buja' pada nama beliau menunjukkan nama ayahnya. Bukan merujuk ke Bugak sebagai sebuah wilayah di Aceh. Hanya nama "Al-Asyi" yang merujuk kepada asal beliau, yaitu Aceh. 

Keempat,peneliti menemukan, penulisan kata Buja' dalam dokumen wakaf Baitul Asyi berbeda dengan kata Bugak. Buja' ditulis dengan huruf ba-waw-jim-ain. Sementara Bugak dalam manuskrip ditemukan ditulis dengan huruf ba-waw-kaf-alif-hamzah. Kelima, nama Haji Habib bin Buja' ditemukan dalam dua dokumen. Pertama dalam dokumen wakaf tertanggal 18 Rabiul Akhir 1224 H. Kedua, tertulis kembali dalam dokumen pembaharuan wakaf pada tahun 1991. Ini menandakan nama tersebut memang nama asli dari pewakaf. Keenam, dalam mazhab Syafi’i (sebagaimana mazhab yang dianut Haji Habib bin Buja') mewajibkan wakaf dilakukan dengan nama asli. Bukan dengan nama palsu, nama samaran ataupun lakab lainnya. Apalagi didaftarkan di hadapan qadhi mahkamah syariah Mekkah. Tentu seorang wakif harus mendaftarkan asetnya dengan nama asli (ismu dhahir). 

Karena itulah nama Haji Habib bin Buja' adalah nama nyata dari pewakaf tersebut.  Berbeda halnya dengan sedekah informal yang biasa menggunakan identitas "hamba Allah" atau laqab lainnya untuk menyembunyikan nama asli. Orang Aceh banyak yang memiliki laqab. Tapi juga punya nama asli. Khususnya untuk manuskrip legal, itu digunakan nama aslinya. Teungku Syiah Kuala misalnya, itu laqab dalam tradisi tutur. Tapi dimana-mana dalam berbagai dokumen tertulis nama asli "Abdurrauf". Ketujuh, tidak diketahui secara pasti dimana Haji Habib bin Buja' wafat dan dimakamkan. Peneliti menduga, dia  wafat dan dikebumikan di Mekkah. 

Dalam data pemerintah Arab Saudi memang ditemukan seseorang bernama Ibnul Buja' yang pernah dimakamkan di pekuburan Al-Ma'la di dekat Masjidil Haram Mekkah. Boleh jadi itu adalah Habib bin Buja'. Namun perlu penelitian lebih lanjut. Kedelapan, Haji Habib bin Buja' Al-Asyi dan Sayed Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi adalah dua tokoh berbeda. Nama Sayyid Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi sendiri dalam berbagai dokumen sejarah ditulis sebagai Sayed, Teungku Sayed Abdurrahman ibnu Alwi (dok. 27 Safar 1206 H/1791 M), atau langsung disebut sebagai Habib Abdurrahman Al-Habsyi (dok.1877). Tidak ditemukan manuskrip, sarakata atau pun dokumen sejarah yang menyebutkan bahwa Sayed Abdurrahman bin Alwi sebagai "Habib Bugak".  

Bahkan sebuah dokumen lainnya menunjukkan jika namanya ditulis dalam laqab Peusangan (Sayyid Abdurrahman bin Alwi Peusangan), bukan dengan laqab Bugak.  Selain itu, juga tidak ada satupun dokumen yang menyebutkan Sayed Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi punya aset wakaf di Mekkah, kecuali menerima sejumlah aset wakaf di wilayah Peusangan dan sekitarnya. Foto Ikrar Wakaf Haji Habib bin Buja' Al-Asyi (1224 H/1809 M) Jadi, yang disebut "Habib Bugak" sebagai pewakaf Baitul Asyi bukanlah Sayed Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi, melainkan sosok lain yaitu Haji Habib bin Buja' Al-Asyi Al-Jawi. Sekedar informasi, Asyaf Aceh merupakan lembaga pendataan nasab dan sejarah golongan Asyraf yang berpusat di Banda Aceh.  Berdiri sejak tahun 2011, organisasi ini telah melakukan berbagai riset, seminar dan publikasi terkait silsilah, sejarah dan kontribusi kaum sayyid khususnya di Aceh. Webinar "Peran dan Kontribusi Waqaf Orang Aceh di Mekkah" ini, merupakan tema seminar Asyraf Aceh ke-IX. Melalui acara ini diharapkan,  terinformasikan berbagai data dan fakta terkait waqaf orang Aceh di Mekkah, serta isu-isu relevan tentang eksistensi golongan Asyraf di dalamnya.*

Adapun salinan ini juga telah tayang di https://modusaceh.co/news/filolog-aceh-hermansyah-haji-habib-bin-buja-al-asyi-al-jawi-bukan-sayed-atau-habib-keturunan-rasulullah-saw/index.html.
web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS