Sidebar ADS

SAKIT HATI YANG BERILMU TAMPAK DARI KATA BAHASA DAN SIKAP PRILAKUNYA

SAKIT HATI YANG BERILMU

Hati-hati dengan sakit hati. Ia tidak terlihat, tapi bisa terdengar. Lewat nada bicara. Lewat status panjang yang katanya “kajian ilmiah,” padahal cuma kutipan-kutipan yang disesuaikan dengan luka.

Orang besar pun bisa terlihat kecil ketika sedang sakit hati. Dan yang lebih menyedihkan—mereka tidak sadar. Mereka pikir sedang menunjukkan kearifan, padahal sedang mempertontonkan luka yang belum kering, dibungkus dengan dalil, dibumbui kutipan kitab, dan disajikan dalam nada tinggi.

Ilmu, yang mestinya jadi cahaya, mendadak jadi korek api. Dipakai bukan untuk menerangi, tapi membakar. Bukan untuk membimbing, tapi untuk membidik. Bukan untuk menyembuhkan, tapi untuk membalas.

Ironisnya, semakin tinggi ilmunya, semakin besar kerusakan yang bisa dibuat ketika dipakai dalam keadaan hati yang keruh. Karena ilmu memberi pengaruh, tapi hati yang sakit mengarahkan pengaruh itu ke tempat yang salah.

Dan kita semua tahu: tidak ada yang lebih berbahaya dari orang yang salah tapi merasa paling benar. Apalagi kalau dia hafal dalil dan punya pengikut.

Maka, barangkali yang perlu disucikan dulu bukan argumen, tapi perasaan. Sebab tanpa hati yang bersih, ilmu hanya akan menjadi alat pembenaran. Dan orang besar bisa jatuh bukan karena tak berilmu, tapi karena terlalu berani membawa luka ke atas mimbar.

~~بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب~~ web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS