LAGI-LAGI RUMAIL PENGAKU-AKU PENITI 2 SKS INI BOHONG LAGI DAN TERUS BERBOHONG
1. "Saat di Istanbul, waktu mau mengakses manuskrip tua dan membuka-bukanya, petugas perpustakaan bilang bahwa apa yang di hadapan saya hanyalah replika, bukan versi aslinya." -- (Rumail Abbas)
Sangat mungkin bahwa yang dimaksud "replika" oleh petugas adalah artefak religius (bukan manuskrip), seperti mushaf Al-Qur'an tua atau lainnya yang dibuat ulang untuk kepentingan display atau pelestarian. Hal ini umum ditemukan di museum atau ruang pamer. Namun, menyamaratakan bahwa semua manuskrip tua di perpustakaan Istambul adalah direplika jelas merupakan kesimpulan yang menyesatkan.
Namun, jika benar itu replika manuskrip, seharusnya tidak ada alasan pelarangan menyentuh atau membukanya, karena justru itulah tujuan utama dibuatnya replika.... untuk akses lebih bebas tanpa mengorbankan kondisi dokumen asli.
2. "Replika ini tidak boleh dipegang, apalagi dibuka halaman per halamannya. Pihak yang berhak hanyalah perpustakaan, disentuh oleh ahli, memakai prosedur standar yang ketat" -- (Rumail Abbas)
Justru replika dibuat untuk bisa dilihat, dibuka, dan bahkan disentuh dalam konteks edukasi.. Narasinya telah digiring agar terdengar seolah ada pembatasan ekstrem. Oleh karena itu, pernyataan tersebut tidak mewakili praktik umum di lembaga arsip Istanbul dan berpotensi menyesatkan pembaca yang tidak memahami standar prosedur pengarsipan internasional.
Jika seseorang tidak boleh menyentuh bahkan replika manuskrip, maka perlu dipertanyakan: benarkah itu replika?
3. "Sementara versi aslinya disimpan dengan lebih ketat, bahkan rahasia." -- (Rumail Abbas)
Sebagian besar manuskrip dan arsip asli Kesultanan Ottoman termasuk dokumen resmi keagamaan, administrasi, dan nasab—tersimpan secara sistematis dan bukan rahasia.
Peneliti dari berbagai negara, termasuk Indonesia, dapat menelusuri, meminta salinan digital, atau datang langsung ke pusat arsip dan perpustakaan untuk melihat dokumen asli dengan mengikuti prosedur standar, dan tentunya sudah memiliki kemampuan membaca huruf dan bahasa Ottoman (Bahasa Turki kuno), ini sudah saya singgung saat membahas tentang manuskrip potong tangan yang Rumail Abbas upload.
Kalaupun ada dokumen yang belum dibuka ke publik, itu biasanya berkaitan dengan urusan politik negara modern (misalnya: diplomasi rahasia, keamanan nasional), bukan manuskrip keagamaan atau sejarah klasik seperti yang biasanya ingin diteliti oleh sejarawan dan akademisi.
Klaim bahwa manuskrip asli disimpan secara "rahasia" adalah tidak benar. Yang berlaku adalah pengamanan terhadap manuskrip asli demi pelestarian, bukan penyembunyian. Semua pihak yang memiliki izin dan memenuhi syarat penelitian akademik akan mendapatkan akses, baik digital maupun fisik.
Coba pemirsa sekalian buktikan sendiri... Manuskrip ini sudah didigitalisasi oleh pihak Perpustakaan (foto-manus 1), namun toh masih bisa diakses kembali secara fisik sesuai kebutuhan dan prosedur.. ini bahkan bisa di foto (foto-manus 2, dengan bantuan jepitan).
Nah ada kuis nih, coba tebak siapa yang foto ? Yang jawabannya benar akan dapat HADIAH.
4. "Makanya, saat ada yang nuntut uji karbon, ya, saya tertawa. Ora segampang mulutmu bicara~" -- (Rumail Abbas)
Faktanya, jika akses terhadap manuskrip asli memang tidak dirahasiakan dan terkelola dengan baik, maka uji karbon bisa dilakukan melalui prosedur resmi, bukan tertawaan 🤣
Jika manuskrip yang dipermasalahkan terbuka untuk penelitian ilmiah, kenapa takut diuji karbon? Mengapa malah ditertawakan?
Reaksi Rumail Abbas ini justru membuka kecurigaan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan dari pihak yang tidak ingin dokumen diuji secara ilmiah.
5. "Untuk memenuhi kebutuhan akademik, perpustakaan (yang sudah distandarisasi jaringan) sudah mendigitalisasi manuskrip-manuskrip asli dalam bentuk mikrofilm dan bisa diakses online." -- (Rumail Abbas)
Perpustakaan dan lembaga arsip di Turki telah mendigitalisasi ribuan manuskrip dan dokumen mereka dalam bentuk mikrofilm atau file PDF berkualitas tinggi yang bisa diakses secara daring atau melalui permintaan resmi.
Bahkan tanpa harus ke Turki, peneliti bisa mengakses katalog, melihat ringkasan isi, dan memesan salinan digital secara sah dengan biaya resmi.
Menggalang dana publik (seperti melalui Trakteer) untuk biaya salin manuskrip yang sebenarnya bisa diakses secara daring adalah TIDAK Transparan dan Menyesatkan......
Jika hanya untuk "meng-copy", maka cukup ajukan permintaan salinan digital secara legal, tidak perlu tiket pesawat, hotel dll, beda cerita sih kalau ingin selfi di Turki lalu pasang status "Mereka jauh tertinggal" 🤣
Jadi narasi-narasi yang dibuat Rumail Abbas adalah Penyesatan...
===============
SARAN / NASEHAT untuk Rumail Abbas, berhentilah bahas nasab ba'alwi karena kemampuanmu sangat "rendah" jangan maksa diri, punhya malu dikit napa sih !!!
~~بارك الله فيكم أجمعين والله أعلمُ بالـصـواب~~ web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple