Sidebar ADS

MENYIKAP KLAIM MISTIK BERLEBIHAN: BENARKAH IMAM AL HADDAD MI'ROJ HINGGA 70 KALI⁉️

MENYIKAP KLAIM MISTIK BERLEBIHAN: BENARKAH IMAM AL HADDAD MI'ROJ HINGGA 70 KALI ? 

Adalagi temuan sebuah ajaran yang sangat menyimpang dari nalar akal manusia secara apapun, bahwa selain faqih muqaddam yang melakukan MI'ROJ ada juga kabib klan ba’alwi yang bisa mi’raj 70x sama pula dengan faqih muqoddam, ini beneran atau film kartun?

Pernyataan-pernyataan yang terekam dalam literatur manaqib Ghāyat al-Qaṣd wa al-Murād, karya Habib Muhammad bin Zain bin Sumaith, mengungkapkan klaim-klaim fantastis yang dinisbatkan kepada tokoh tersohor dari Hadhramaut, yakni Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad, penyusun Ratib al-Haddad.
Dalam kitab tersebut, al-Haddad dikisahkan mengklaim bahwa dirinya telah mengalami peristiwa mi'raj seperti Nabi Muhammad SAW, bahkan hingga 70 kali. Berikut kutipan dalam bahasa Arab dan terjemahannya:
وَقَالَ – قُدِّسَ اللهُ سِرُّهُ – : إِنَّهُ يَكُونُ لِلْوَلِيِّ مَا يَكُونُ لِلنَّبِيِّ، وَإِنِّي قَدْ وُضِعَ لِيَ الْمِعْرَاجُ بِمَسْجِدِ الْهَجِيرَةِ، وَعُرِجَ بِيَ إِلَى السَّمَاءِ حَتَّى وَقَعْتُ بَيْنَ يَدَيِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Sesungguhnya bagi seorang wali bisa terjadi seperti halnya yang terjadi pada nabi, dan sungguh mi’raj telah dipersiapkan untukku di Masjid Hajirah, lalu aku diangkat ke langit hingga aku berada di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla.”
Selain itu, terdapat pula klaim pembelahan dada, pengakuan sebagai al-Mahdi, serta pernyataan bahwa dirinya adalah Ash-Shamad, yakni tempat bergantung seluruh umat manusia—sebuah gelar yang dalam Al-Qur’an hanya layak bagi Allah SWT (QS. Al-Ikhlas: 2).

"Pandangan Ulama Tasawuf Terpercaya: Ini Bukan Maqamat, Tapi Ghuluw"

Syaikh Abul Qasim al-Qusyairi dalam risalahnya, al-Risālah al-Qusyairiyyah, menegaskan bahwa karamah wali tidak boleh menyerupai mu’jizat nabi dalam hal yang bersifat tasyri‘ (pembentukan hukum) atau peristiwa-peristiwa khusus kerasulan seperti mi'raj. Apabila wali mengaku mendapat mi’raj seperti Nabi SAW, maka ini bukan karamah, tetapi bentuk ilusi spiritual (talbis iblis).
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin juga menjelaskan bahwa tingkatan spiritual tertinggi seorang wali adalah “fana’ dan baqa’” dalam tauhid, bukan mengklaim posisi ma’shum, apalagi kedudukan kerasulan atau al-Mahdiyyah.

1. Klaim Mi’raj 70 Kali
“...وَعُرِجَ بِيَ إِلَى السَّمَاءِ...”
Mengklaim telah mi’raj ke langit—bahkan hingga 70 kali sebagaimana disampaikan sebagian pengikutnya di forum daring—menyamai bahkan melampaui pengalaman Nabi SAW yang hanya terjadi satu kali secara jasad dan ruh dalam sejarah. Ini dapat merusak konsep finalitas kenabian (khatm an-nubuwwah), pilar penting dalam akidah Islam.

2. Pembelahan Dada seperti Nabi
“وَحَصَلَ لِي شَقُّ الصَّدْرِ بِمَسْجِدِ بَنِي عَلَوِيٍّ.”
Menyamakan pengalaman spiritual dengan kisah khas para nabi—seperti pembelahan dada Nabi SAW oleh malaikat Jibril—berisiko menimbulkan mitos dan kultus personal.

3. Mengaku Lebih Berhak atas Harta Manusia
“لَوْ عَرَفَ النَّاسُ وَأَنْصَفُوا لَتَحَقَّقُوا أَنَّا أَحَقُّ بِأَمْوَالِهِمْ مِنْهُمْ.”
Pernyataan ini menunjukkan potensi bahaya ideologis, karena membentuk keyakinan bahwa seorang tokoh spiritual berhak atas kekayaan umat. Ini bertentangan dengan prinsip syariat Islam bahwa harta manusia hanya sah dialihkan melalui akad yang sah menurut hukum Islam.

4. Klaim sebagai al-Mahdi dan al-Quthb
“...فَعَرَفْتُ عِنْدَ ذَلِكَ أَنَّهُ الْمَهْدِيُّ حَقِيقَةً...”
“...الْآنَ الْكُلُّ يَطْلُبُ مِنَّا. وَهَذِهِ صِفَةُ الْقُطْبِ.”
Mengklaim sebagai Imam Mahdi atau quthb (tokoh tertinggi spiritual dunia) secara literal tanpa dalil syar'i atau sanad yang sah bisa menimbulkan pemahaman menyimpang tentang konsep Mahdi yang dalam hadis Nabi SAW memiliki tanda-tanda yang sangat spesifik.

👉🏽 Mengapa Ini Berbahaya?

Klaim-klaim seperti ini bila tidak diluruskan, dapat menjurus pada bentuk pengultusan individu, dan menjadi legitimasi atas dominasi sosial dan ekonomi berbasis klaim spiritual yang tak bisa dikritik. Sejarah mencatat bagaimana ajaran ghuluw dalam tasawuf telah melahirkan kultus-kultus sesat, mulai dari ajaran Ibnu Sabba’ hingga aliran-aliran menyimpang kontemporer.

#Kesimpulan_Redaksi:
Kami menyerukan pentingnya membedakan antara tasawuf sehat yang berpijak pada Al-Qur’an dan Sunnah, dengan tasawuf ekstrem yang melebihi batas (ghuluw). Wacana kritik terhadap klaim mistik yang berlebihan ini bukan bertujuan merendahkan, tetapi untuk menjaga kemurnian ajaran Islam dan akidah umat.
Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, salah satu wali agung yang diakui otoritasnya dalam dunia tasawuf:
“Setiap ilham yang menyelisihi Al-Qur’an dan Sunnah, maka itu bukanlah dari Allah, tapi dari setan.”

#Catatan_Redaksi:
Tulisan ini bertujuan untuk edukasi publik dan pencerahan akidah, bukan untuk menyerang individu atau kelompok secara pribadi. Kami menjunjung tinggi kebebasan beragama dan kebebasan berpikir, namun kebebasan itu harus disertai dengan tanggung jawab ilmiah dan moral.

#Referensi:
• al-Risālah al-Qusyairiyyah – Syaikh Abul Qasim al-Qusyairi
• Ihya Ulumiddin – Imam al-Ghazali
• Al-Furqan baina Awliya ar-Rahman wa Awliya asy-Syaithan – Ibn Taimiyyah
• At-Tashawwuf al-Islami baina al-I’tidal wa al-Ghuluw – Dr. Yusuf al-Qaradawi
• Qowa’id at-Tasawuf – Dr. Abdul Halim Mahmud

Oleh : PERJUANGAN WALI SONGO 
web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS