Sidebar ADS

ADAM SEBAGAI MANUSIA PERTAMA: TELAAH TEOLOGIS ATAS KLAIM PRA-ADAMISME

ADAM SEBAGAI MANUSIA PERTAMA: TELAAH TEOLOGIS ATAS KLAIM PRA-ADAMISME 

Tulisan ini membahas kontroversi mengenai status Nabi Adam sebagai manusia pertama dalam perspektif teologis Islam, khususnya menurut mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah. Sejumlah tafsir modernis menyatakan bahwa tidak ada dalil qath‘i yang menegaskan Adam sebagai manusia pertama, dan membuka peluang interpretasi bahwa telah ada manusia sebelum Adam. 
Secara penjelasan singkat berikut ini bertujuan membantah klaim tersebut dengan menganalisis nash Al-Qur’an, hadis sahih, serta pendapat para ulama salaf, khususnya Imam asy-Syahrastānī dalam al-Milal wa an-Nihal. Ditegaskan bahwa keyakinan akan eksistensi manusia sebelum Adam adalah penyimpangan dari akidah Ahlus Sunnah.

Kata Kunci: Adam, manusia pertama, pra-Adamisme, Ahlus Sunnah, asy-Syahrastani.

Perdebatan mengenai asal-usul manusia merupakan topik sentral dalam teologi, filsafat, dan sains. Dalam khazanah Islam, Nabi Adam ‘alaihissalām diposisikan sebagai manusia pertama dan bapak seluruh manusia (ab al-bashar). Namun dalam era modern, muncul interpretasi simbolik terhadap kisah Adam, terutama dari kalangan reformis seperti Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar.

Klaim ini menjadi kontroversial karena menyimpang dari keyakinan mayoritas ulama Ahlus Sunnah. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab klaim tersebut dan membuktikan bahwa akidah tentang Adam sebagai manusia pertama memiliki dasar qath‘i dari Al-Qur’an, sunnah, dan ijma‘.

Dalil-dalil Tentang Adam sebagai Manusia Pertama
Dalil Al-Qur’an
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ
"Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu..." (QS An-Nisa’: 1)

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan tegas:
"Maknanya ialah bahwa seluruh manusia berasal dari satu orang, yaitu Adam. Lalu Allah menciptakan istrinya, Hawa, dari dirinya."¹

Dalil Hadis
Rasulullah ﷺ bersabda:
استوصوا بالنساء، فإن المرأة خُلقت من ضلع...
“Berbuat baiklah kepada para wanita, karena wanita diciptakan dari tulang rusuk.” (HR. Bukhari dan Muslim)²

Ini menegaskan bahwa Hawa diciptakan dari Adam, dan Adam tidak dilahirkan dari siapa pun.
Pendapat Imam Ahlus Sunnah: Imam asy-Syahrastānī
Imam asy-Syahrastānī (w. 548 H) dalam karya monumentalnya al-Milal wa an-Nihal menyatakan dengan sangat tegas:

مَنْ قَالَ بِأَنَّ قَبْلَ آدَمَ كَانَ بَشَرٌ، أَوْ بِأَنَّ آدَمَ لَيْسَ أَوَّلَ الإِنْسَانِ، فَقَدْ خَرَجَ مِنْ مَذْهَبِ أَهْلِ السُّنَّةِ.³
“Barang siapa yang mengatakan bahwa sebelum Adam telah ada manusia, atau bahwa Adam bukanlah manusia pertama, maka sungguh ia telah keluar dari mazhab Ahlus Sunnah.”
Ini menunjukkan bahwa klaim pra-Adamisme bukan hanya salah secara akidah, melainkan merupakan bentuk keluar dari prinsip-prinsip akidah Islam yang sahih.

Kritik terhadap Tafsir Modernis
Muhammad Abduh dan muridnya Rasyid Ridha menyatakan dalam al-Manar:
"Tidak ada nash qath‘i bahwa Adam adalah manusia pertama.”

Pendekatan ini cenderung dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin. Namun interpretasi ini menabrak prinsip tafsir bil ma’tsur dan membuka celah pemahaman yang menyimpang dari nash.
Kesimpulan
Keyakinan bahwa Adam adalah manusia pertama merupakan bagian dari akidah yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an, hadis sahih, dan ijma‘ ulama. Klaim bahwa sebelum Adam telah ada manusia, atau bahwa Adam bukan manusia pertama, merupakan penyimpangan serius yang ditolak tegas oleh para ulama Ahlus Sunnah seperti asy-Syahrastānī.

Maka wajib bagi setiap Muslim untuk meyakini:

1. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan langsung oleh Allah dari tanah.

2. Hawa diciptakan dari Adam, bukan dari proses biologis terpisah.

3. Menolak hal ini berarti menyelisihi akidah Ahlus Sunnah.

Catatan Kaki
1. Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, tafsir QS An-Nisa’: 1

2. HR. Bukhari No. 3331, Muslim No. 1468

3. Imam asy-Syahrastani, al-Milal wa an-Nihal, Beirut: Dar al-Fikr, 1993, Juz 1, hlm. ±205

4. Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Kairo: Matba‘ah al-Manar, Juz 1, hlm. 222.

#Sumber:
Al-Qur’an al-Karim
Ibn Katsir. Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim. Beirut: Dar al-Fikr, 1999.
Asy-Syahrastani, Muhammad. al-Milal wa an-Nihal. Beirut: Dar al-Fikr, 1993.
Al-Qurthubi. al-Jami‘ li Ahkam al-Qur’an. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
Rasyid Ridha. Tafsir al-Manar. Kairo: Matba‘ah al-Manar, 1927.
Al-Bukhari. Shahih al-Bukhari. Beirut: Dar Ibn Katsir.
Muslim. Shahih Muslim. Riyadh: Darus Salam.

Oleh : PERJUANGAN WALI SONGO 
web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple

Posting Komentar

Beri masukan dan tanggapan Anda tentang artikel ini secara bijak.

Lebih baru Lebih lama
Sidebar ADS
Sidebar ADS
Sidebar ADS