SUATU MALAM PERKUMPULAN 4 WALI : NGAJI MANUSKRIP WALI SONGO
"Bismillahirrahmanirrahim. Puniko sejarah ing kanjeng gusti kito Muhammad Rasulullah Saw. Ingkang nedak maring Suhunan Ainul Yaqin ing Giri, Tatkala amejang int saleluhure. Kanjeng Pangeran Kalijaha lan Pangeran Bonang lan Kyai Saluki. Ingkang amarek alon2 ne naliko geguneman ing nyataning ilmu syari'at, lan ilmu thoriqoh, lam ilmu hakikat, lan ilmu ma'rifat.
Sesampune tutuk ingkang primbake sing papat marang ilmu petang perkoro moko tetakon matur kanjeng suhunan ing Kalijaga mengkene pituturipun. Nyatahaken kadyo pundi pramilo tuwan sholat dumatenging kakbatullah kang ing saben dinten Jum'at. Kados pundi pepeko tuwan iku. Monko nuntun angendiko Kanjeng Suhunan Ainul Yaqin ing Giri Maring Kanjeng Suhunan Ing Kalijaga. Ingsun tedak saking wong agung Rasulullah Saw.
Mongko nuntun angendiko malih Kanjeng Suhunan Ainul Yaqin ing Giri marang Kyai Saluki sarto kinersaaken ing anurut ing runtute saleluhure tumeko maring runtute anak putu"
Yang bisa kita petik dalam Manuskrip ini adalah
1. WALISONGO ILMUNYA MUMPUNI
Seorang penyebar agama haruslah mumpuni dalam ilmu pengetahuan, seperti halnya Walisongo yang menguasai ilmu Syari'at, Thoriqoh, Ma'rifat, dan Hakikat. Agar mampu menghadapi masyarakat yang penuh warna dan problematika.
2. WALISONGO SUKA DISKUSI
Cara pendidikan agama yang diterapkan Walisongo adalah dengan cara Halaqah yaitu duduk melingkar untuk mendiskusikan sesuatu. Seperti halnya yang terjadi pada Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Pangeran Bonang, & Kyai Saluki. Cara ini sangatlah efektif untuk meningkatkan kemampuan belajar.
3. WALISONGO MEMPUNYAI KAROMAH TAPI DIBICARAKAN DALAM KEADAAN TERTUTUP
Tidak banyak yang tahu jika ternyata Sunan Giri setiap Jum'at bisa melakukan sholat di Mekkah di Kakbatullah. Seandainya Sunan Kalijaga tidak bertanya dan kalian tidak membaca Manuskrip ini mustahil Karomah Walisongo diketahui khalayak. Ini adalah bentuk adab agar keistimewaan yang diberikan Allah kepada kekasihnya cukup diketahui dalam lingkup khalayak kecil bukan diwah-wahkan karena khawatir menjadi fitnah.
4. WALISONGO MEMPUNYAI KETURUNAN RASULULLAH SAW
Ketika Sunan Kalijaga apa sebabnya Sunan Giri bisa sholat Jum'at ke Mekkah ?, Sunan Giri menjawab bahwa dirinya adalah keturunan Rasulullah Saw. Ini bukan main-main, memang betul Walisongo adalah keturunan Rasulullah Saw akan tetapi Walisongo datang ke Jawa bukan untuk mempopulerkan nasabnya, bukan pula membawa identitas nasabnya sebagai keturunan Rasulullah. Akan tetapi Walisongo datang ke tanah Jawa untuk merobithohkan keilmuan dan etika. Sebab itulah ada oknum yang meragukan bahwa Walisongo adalah keturunan Rasulullah, bahkan mengatakan Walisongo mandul.
5. WALISONGO MEMPUNYAI MUNSIB (PENCATAT NASAB)
Syekh Saluki adalah orang pertama yang mendapatkan amanah dari Kanjeng Sunan Giri untuk menulis keturunannya. Syekh Saluki adalah putra dari Raden Fadhol Ali Murtadho. Syekh Saluki juga merupakan menantu dari Kanjeng Sunan Ampel. Syekh Saluki dimakamkan di Wilangan Nganjuk. Sebagai Munsib Pertama Walisongo, Syekh Saluki menghabiskan hidupnya untuk mencatat nama anak-anak dan cucu Walisongo sampai akhirnya kemudian dilanjutkan oleh murid-muridnya salah satu diantaranya adalah Bhujuk Aji Gunung.
Oleh : Moch Ishlah H Al Qirthosi Al Qudusi Al Hasani Pengurus BAKORDA NAAT PUSAT Ketua Kajian Sejarah PWI Nganjuk