APAPUN YANG DI MASUKI HABIB BAKLAWI AKAN DI PERLAKUKAN SEMAUNYA LALU DI KUASAI DAN DI KLAIM (CONTOH JATMAN) KINI ANSOR
Virus Habib Yahudi bakLevi dalam Rahim Organik NU, Kolonialisme Digital oleh HABIB Mahdi Berkedok media Ansor.
1. Media & Etika Amanah yang Terkoyak:
"Habib Mahdi menjalankan model jurnalistik fasad: memproduksi 'berita' tanpa sanad organisatoris layaknya perampok intelektual. Ini adalah bentuk ghish (penipuan struktural) yang diharamkan dalam fiqih siyasah sebagaimana ditegaskan Imam Mawardi. Sekretaris PW Ansor yang tak dimintai istikhārah konten adalah bukti pengabaian prinsip syūrā, seolah-olah media Ansor beroperasi bagai perusahaan Oost-Indische Compagnie di bawah komando kapten swasta KABEB mahdi!
2. Klan Habib Baklevi: Zionisme Administratif dalam Topeng Tasawuf:
"Mereka menghidupkan kembali taktik divide et impera Van Den Bosch melalui jargon 'spiritual branding'. Klan KABEB bakLevi bukan sekadar nama, tapi algoritma kolonial: memasuki sistem lalu meretas kode etik dengan virus 'baklevi' yang mengubah ukhuwwah menjadi lahan eksploitasi. Ini penyimpangan akidah amaliyyah, sebab tasawuf sejati (al-Ghazali) menekankan fana' al-egō, bukan fana' al-ummah!".
3. Filsafat Kuasa Foucaultian Berbaju Sarung:
"Kedekatan personal HABIB Mahdi dengan Ketua amsor bukan dalil legitimasi, tapi bukti penyalahgunaan 'authorized knowledge'. Mereka bermain dalam epistemologi kekuasaan ala Nietzsche: 'truth is mobile army of metaphors', mengganti fakta dengan narasi mistifikasi! Padahal dalam mantiq NU, al-haqqu min rabbika (kebenaran datang dari Tuhan), bukan dari oligarki media!".
4. Akhlak Berbasis Teologi Calvinis Kolonial:
"Tingkah polah klan Habib baklevi membuktikan kegagapan kultural: memakai jubah 'aswaja' tapi berjiwa VOC. Tenggang rasa? Itu mereka baca sebagai 'tenggang profit'. Unggah-ungguh? Sekadar alat teatrikal untuk legitimasi gadai umat! Ini lebih kejam dari orientalisme Snouck Hurgronje, sebab dilakukan oleh anak kandung sendiri dengan dalil 'loyalitas buta' yang diklaim sebagai 'tarekat organisasi'!".
5. Manajemen Publisistik sebagai Senjata Perang Psikologis:
"Setiap konten yang lahir tanpa proses bahtsul masail redaksional adalah bentuk ghazwul fikri (perang pemikiran) gaya baru. Mereka menjadikan amsor sebagai 'holding company' untuk proyek feodalisme digital, persis model cultuurstelsel dimana pribumi diperas atas nama 'pengabdian'. Astaghfirullah! Ini pengkhianatan terhadap qaidah ushul fiqih: al-mashlahah al-ammah muqaddamatun 'ala al-khassah (kepentingan umum di atas kepentingan pribadi)!".
Simbah ngawuliyak melihat ini menunjukkan 'pathology of power: memanfaatkan ruang kosong antara struktur organisasi tradisional NU dengan celah hukum siber. "Kabeb Mahdi Baklevi dan klan baklevi" bukan sekadar kelompok, tapi 'meta-virus yang menginfeksi sistem melalui:
- Spiritual capitalism (jual-beli pengaruh berbasis kharisma palsu)
- Institutional narcissism (pemujaan hierarki tanpa kritik)
- Fiqh acrobatics (memelintir dalil untuk pembenaran)
Cukuplah Ibnu Khaldun mengingatkan: "Negara dihancurkan oleh dua hal: pengabaian kearifan lokal dan dominasi ashabiyyah semu." Klan baklevi telah menjadi tumor ganas yang harus dioperasi sebelum metastasisnya membunuh jiwa organisasi. Saatnya Amsor Jatim menjalankan 'digital ijtihad: audit media, tegakkan mekanisme tabayyun, dan bebaskan diri dari neo-feodalisme yang mengatasnamakan "tradisi"!
web.facebook.com/qsantri.eu.org?apps.apple